Minggu, 12 Juni 2011

GANGGUAN PRODUKSI SEL DARAH MERAH


GANGGUAN PRODUKSI SEL DARAH MERAH
oleh : 
darling sabar

A       ANEMIA APLASTIK
1.       Definisi
Secara umum Anemia mempunya definisi, berkurangnya secara signifikan massa eritrosit sehingga kapasitas darah membawa oksigen menjadi berkurang. Anemia aplastik merupakan kondisi dimana terjadi ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Anemia disebabkan oleh berbagai penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Anemia merupakan penyakit yang dapat dialami oleh berbagai usia.
Anemia dapat terjadi pada saat kelahiran, yang dikenal sebagai anemia hemolitika, sebagai cacat genetic yang dikenal sebagai sicle cell disease pada kesalahan pengaturan gizi seperti kekurangan zat besi atau anemia defisiensi asam folik, atau pada keadaan kehilangan darah yang berlebihan.
2.      Etiologi
Anemia Aplastik dapat disebabkan karena :
§  Malabsorpsi
§  Menstruasi berlebihan
§  Kekurangan vitamin B12
§  Pendarahan
§  Kerusakan hemoglobin
§  Obat-obatan dan bahan kimia, terutama chloramphenicol, sulfonamides, analgesic (pirazolon), antipileptik (hidantoin)
§  Pasca hepatitis
§  Kehamilan dan hemoglobinuria peroksimal noktural
§  Insektisida
§  Depresi benzene
§  Penyinaran
§  Idiopatik
3.      Patologi
Anemia ini terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu atau apabila sel-sel darah merah yang terbentuk rusak, atau hilang. Tanda-tanda anemia akan nampak apabila kapasitas sel-sel pembawa O2 berkurang. Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi pembentukkan sel darah merah di dalam sumsum tulang antara lain adanya invasi sel-sel tumor, terkena racun dari obat-obatan atau bahan kimia, tidak cukup nutrisi bagi pembentukkan sel-sel darah merah, seperti zat besi, asam folik, B2 atau kekurangan erytropoietindikarenakan penyakit ginjal.
Anemia yang disebabkan berubahnya produksi sel darah merah disebut anemia hipoproliberasi. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh sel-sel pagosit pada sistem retikuloendotelial terutama hati dan lien. Bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuki aliran darah yang mana hal ini dapat merupakan indicator diagnosa anemia.
Bilirubin juga diekskresikan pada kulit yang menyebabkan warna kuning, ini merupakan indicator terjadinya kerusakan sel darah merah. Kerusakan sel darah merah paling sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah dan dikenal sebagai anemia hemolitika, sebagai contohnya adalah anemia sel berbentuk sabit dan penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir.
Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah bisa bersifat sangat cepat misalnya pada hemoragi atau perdarahan yang terjadi pada penyakit-penyakit kronis seperti, penyakit kanker atau penyakit peradangan perut. Kehilangan sel-sel darah merah pada perdarahan merupakan faktor yang menyebabkan anemia.
4.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada anemia aplastik :
§ Kelemahan secara bertahap
§ Pucat
§ Nafas pendek
§ Demam berulang karena infeksi (terutama saluran nafas atas)
§ Pusing
§ Palpitasi
§ Takikardia
§ Purpura
§ Perdarahan
5.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita anemia aplastik, yaitu :
§ Luka memar/biru
§ Hemorrhage
§ Infeksi yang hebat
6.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita anemia aplastik :
§ Darah perifer atau gambaran darah perifer
§ Hemoglobin menurun ( Nilai normal, L: 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§ LED meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§ Waktu pembekuan memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§ Waktu pendarahan memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§ Aspirasi sumsum tulang :
a.       Kepadatan sel-sel darah berkurang
b.      Sel-sel lemak meningkat
c.       Tidak ditemukan megakariosit pada semua lapangan pandang
§ Terdapat pensitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak dan retikulosit menurun pada pasien dengan anemia aplastik yang berat ditemukan neutropil kurang dari 500 mL, trombosit kurang dari 20.000/mL, retikulosis kurang dari 1 % dan kepadatan selular sumsum tulang kurang dari 20 %
7.      Pengobatan
Tujuan utama terapi pada anemia aplastik adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat di lakukan seperti :
§  Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan trombosit berikan darah segar atau platelet concentrate
§  Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic. Hygiene yang baik perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
§  Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat trombosit penia berat
§  Androgen, seperti : fluokrimesteran, testosterone, metandrostenolon dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam, perubahan hati dan amenore
§  Imunosupresif, seperti : siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk menyarankan penggunaanya pada pasien > 40 tahun yng tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat tranfusi berulang
§  Istirahat
§  Tranfusi darah
§  Menghindari semua trauma
§  Diet
§  Medikamentosa
Obat pertama :
a.       Antibiotic
b.      Kombinasi steroid anabolic, androgen
c.       Menghindari aspirin
Obat alternative :
a.       Imunosupresif :
Siklosporin A (CSA)
·         Antilymphocyte globuline (ALG)
·         Antithymocyte globuline (ATG)
§  Bedah dan transplantasi
a.       Transplantasi sumsum tulang
b.      Spetenektomi
8.      Asuhan Keperawatan

Klasifikasi Data
Data Subjektif
Data Objektif
Klien mengatakan :
§  Sering merasakan pusing
§  Cepat lelah
§  Demam
§  Mata berkunang-kunang
§  Gelisah
§  Tidak bisa beraktivitas
§  Sesak nafas
§  Nyeri dada
Klien tampak terlihat :
§  Pucat
§  Lemah
§  Gelisah
§  Cemas
§  Nafas menggunakan cuping hidung
§  Nafas pendek
§  Bunyi nafas tidak teratur
§  Mukosa bibir sianosis
§  Konjungtiva anemis
§  Terjadi perdarahan
§  Timbul purpura
§  Sulit dalam melakukan aktivitas
TTV
§  TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§  N : lemah (Dws: 60-100x/menit)
§  R : meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§  SB : meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksaan Laboraturium
§  Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§  LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§  CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§  BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§  Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )


Analisa Data
Data
Masalah
Etiologi
DS : Klien Mengatakan :
§  Sering pusing
§  Cepat lelah
§  Mata berkunang-kunang
§  Gelisah
§  Tidak bisa beraktivitas

DO : Klien tampak terlihat:
§  Pucat
§  Gelisah
§  Cemas
§  Nafas pendek
§  Lemah
§  Konjungtiva anemis
§  Sulit dalam melakukan aktivitas
TTV
§  TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§  N : lemah (Dws: 60-100x/menit)
§  R : meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§  SB : meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksaan Lab.
§  Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§  LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§  CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§  BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§  Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )

Intoleransi Aktivitas
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
DS : klien mengatakan :
§  Sering pusing
§  Cepat lelah
§  Mata berkunang-kunang
§  Gelisah
§  Sesak nafas
§  Nyeri dada
DO : klien tampak terlihat :
§  Pucat
§  Gelisah
§  Cemas
§  Lemah
§  Nafas pendek
§  Nafas menggunakan cuping hidung
§  Mukosa bibir sianosis
§  Konjungtiva anemis
TTV
§  TD : mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§  N : lemah (Dws: 60-100x/menit)
§  R : meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§  SB : meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksan Lab.
§  Hb : kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§  LED : meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§  CT (Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§  BT (Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§  Retikulosit : kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )
Gangguan pertukaran gas
Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah














Tidak ada komentar:

Posting Komentar